POS Indonesia...Riwayatmu Kini.....:)
Tadi pagi ketika menonton berita disalah satu stasiun TV swasta, ada liputan tentang PT.POS Indonesia. Ceritanya tentang demo dari serikat pekerja POS Indonesia. Isyu yang diangkat... biasalah, apalagi kalau bukan tentang praktek-praktek KKN didalam tubuh POS Indonesia. Tapi saat ini saya tidak berkeinginan untuk membahas tentang masalah hukum itu, saya hanya ingin mengajak Anda bernostalgia dengan PT.POS Indonesia. Saya yakin setiap Anda memiliki kenangan masing-masing dengan PT.POS Indonesia.
Masih segar dalam ingatan saya ketika saya masih SD sekitar tahun 90-an. Kebetulan sekolah saya lumayan dekat dengan kantor Pos, hanya berselisih beberapa gedung. Saya sangat ingat, hampir tiap minggu saya dan teman-teman datang ke kantor Pos untuk menabung. Nama tabungannya, Tabanas, kalau nggak salah kepanjangan dari Tabungan Pembangunan Nasional. Atau sekedar mengantar teman untuk mengirim surat ke salah seorang sahabat penanya di luar kota (jaman dulu istilah sahabat pena ngetrend banget booo..). Atau ketika kita memenangkan suatu undian/kuis di salah satu koran daerah dengan hadiah berupa uang, namun diberikan dalam bentuk wesel pos. Mau nggak mau kita harus mencairkannya ke kantor Pos terdekat. Saya juga sangat ingat ketika musim lebaran tiba, yang namanya ucapan lebaran lewat kartu lebaran itu jumlahnya seabrek-abrek, sampai-sampai kami pajang dan disusun rapi di lemari tamu.
Tapi sekarang, seberapa sering Anda ke kantor Pos? Sekali sebulan? Sekali dalam 3 bulan? Atau bahkan sekali dalam setahun? Apapun jawabannya, yang jelas frekuensi kita ke kantor Pos saya yakin menurun dibandingkan 10 tahun yang lalu. Hampir semua fasilitas andalan dari kantor Pos sudah digantikan dengan suatu layanan yang super canggih, yang lebih cepat dan lebih murah.
Dahulu orang mengirim berita lewat surat, butuh waktu beberapa hari, kalaupun ada yang bisa sehari (telegram), belum tentu bisa menjangkau ke seluruh daerah dalam waktu sehari. Namun sekarang, surat konvensional seperti itu perlahan-lahan sudah digantikan dengan email (surat elektronik) atau SMS, keunggulannya jelas, lebih murah dan yang pasti sangat hemat waktu. Dahulu orang kalau mau mengirim paket barang, pasti lewat jasa paket dari Pos Indonesia, tapi sekarang...belum tentu. Sudah banyak perusahaan swasta yang mampu memberikan pelayanan yang lebih oke dari kantor Pos, baik dari sisi harga maupun jaminan barang tidak cacat sampai tujuan. Sebutlah misalnya Tiki (Titipan Kilat), Pandu Logistik, dll.
Atau kalau dahulu para orang tua yang ingin mengirimkan uang bulanan buat anaknya yang sedang kuliah di luar kota menggunakan jasa wesel pos, tapi sekarang, saya yakin hanya sebagian kecil yang masih menggunakan wesel pos. Sudah jelas, wesel pos kalah ngetrend dengan yang namanya fasilitas transfer bank. Orang tua tinggal transfer dan SMS anaknya, nggak lama kemudian anaknya yang berada jauh diluar kota tingal ke ATM untuk mengambil uangnya. Ah... so simple.
Sangat jelas bahwa kemajuan teknolgi telah membuat semua layanan unggulan dari POS Indonesia seakan-akan mati kutu. Tapi saya melihat masih ada celah untuk PT.POS agar tetap bisa exist. Sebagai salah satu perusahaan ’plat merah’ di Indonesia, satu hal yang seharusnya bisa menjadi keunggulan PT.Pos Indonesia sebagai salah satu perusahaan plat merah adalah jaringan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke kalau kata sebuah lagu. Kalau diibaratkan suatu produk, Pos Indonesia telah memiliki jaringan distribusi yang sangat besar dan stabil. Pos Indonesia juga mampu merambah daerah pelosok di Indonesia. Coba kita bandingkan dengan kantor Bank ataupun ATM. Saya yakin mayoritas ATM hanya ada di daerah perkotaan. Atau perusahaan logistik macam Tiki dan sejenisinya, paling banter hanya ada di ibu kota propinsi, ataupun beberapa kota besarnya saja.
Sangat disayangkan memang, kalau keunggulan dari jalur distribusi ini tidak dimaksimalkan oleh Pos Indonesia. Pos Indonesia seharusnya berani untuk mentransformasi bisnisnya, mulai membuka mata bahwa kemajuan teknologi bisa membuat bisnisnya mati pelan-pelan, itu kalau tidak ada usaha untuk mengikuti kemajuan itu sendiri. Harus ada usaha untuk memperlebar lingkup bisnisnya, dari yang hanya spesialis pengiriman: surat, uang dan barang menjadi sebuah perusahaan pengiriman yang mengikuti perkembangan jaman/teknologi.
Jika itu tidak dilakukan, saya khawatir suatu hari nanti anak cucu kita tidak akan pernah mengenal kantor Pos. Sangat disayangkan...Pos Indonesia, riwayatmu kini.....:-)
@Cipinang, 171205 – 234816
Masih segar dalam ingatan saya ketika saya masih SD sekitar tahun 90-an. Kebetulan sekolah saya lumayan dekat dengan kantor Pos, hanya berselisih beberapa gedung. Saya sangat ingat, hampir tiap minggu saya dan teman-teman datang ke kantor Pos untuk menabung. Nama tabungannya, Tabanas, kalau nggak salah kepanjangan dari Tabungan Pembangunan Nasional. Atau sekedar mengantar teman untuk mengirim surat ke salah seorang sahabat penanya di luar kota (jaman dulu istilah sahabat pena ngetrend banget booo..). Atau ketika kita memenangkan suatu undian/kuis di salah satu koran daerah dengan hadiah berupa uang, namun diberikan dalam bentuk wesel pos. Mau nggak mau kita harus mencairkannya ke kantor Pos terdekat. Saya juga sangat ingat ketika musim lebaran tiba, yang namanya ucapan lebaran lewat kartu lebaran itu jumlahnya seabrek-abrek, sampai-sampai kami pajang dan disusun rapi di lemari tamu.
Tapi sekarang, seberapa sering Anda ke kantor Pos? Sekali sebulan? Sekali dalam 3 bulan? Atau bahkan sekali dalam setahun? Apapun jawabannya, yang jelas frekuensi kita ke kantor Pos saya yakin menurun dibandingkan 10 tahun yang lalu. Hampir semua fasilitas andalan dari kantor Pos sudah digantikan dengan suatu layanan yang super canggih, yang lebih cepat dan lebih murah.
Dahulu orang mengirim berita lewat surat, butuh waktu beberapa hari, kalaupun ada yang bisa sehari (telegram), belum tentu bisa menjangkau ke seluruh daerah dalam waktu sehari. Namun sekarang, surat konvensional seperti itu perlahan-lahan sudah digantikan dengan email (surat elektronik) atau SMS, keunggulannya jelas, lebih murah dan yang pasti sangat hemat waktu. Dahulu orang kalau mau mengirim paket barang, pasti lewat jasa paket dari Pos Indonesia, tapi sekarang...belum tentu. Sudah banyak perusahaan swasta yang mampu memberikan pelayanan yang lebih oke dari kantor Pos, baik dari sisi harga maupun jaminan barang tidak cacat sampai tujuan. Sebutlah misalnya Tiki (Titipan Kilat), Pandu Logistik, dll.
Atau kalau dahulu para orang tua yang ingin mengirimkan uang bulanan buat anaknya yang sedang kuliah di luar kota menggunakan jasa wesel pos, tapi sekarang, saya yakin hanya sebagian kecil yang masih menggunakan wesel pos. Sudah jelas, wesel pos kalah ngetrend dengan yang namanya fasilitas transfer bank. Orang tua tinggal transfer dan SMS anaknya, nggak lama kemudian anaknya yang berada jauh diluar kota tingal ke ATM untuk mengambil uangnya. Ah... so simple.
Sangat jelas bahwa kemajuan teknolgi telah membuat semua layanan unggulan dari POS Indonesia seakan-akan mati kutu. Tapi saya melihat masih ada celah untuk PT.POS agar tetap bisa exist. Sebagai salah satu perusahaan ’plat merah’ di Indonesia, satu hal yang seharusnya bisa menjadi keunggulan PT.Pos Indonesia sebagai salah satu perusahaan plat merah adalah jaringan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke kalau kata sebuah lagu. Kalau diibaratkan suatu produk, Pos Indonesia telah memiliki jaringan distribusi yang sangat besar dan stabil. Pos Indonesia juga mampu merambah daerah pelosok di Indonesia. Coba kita bandingkan dengan kantor Bank ataupun ATM. Saya yakin mayoritas ATM hanya ada di daerah perkotaan. Atau perusahaan logistik macam Tiki dan sejenisinya, paling banter hanya ada di ibu kota propinsi, ataupun beberapa kota besarnya saja.
Sangat disayangkan memang, kalau keunggulan dari jalur distribusi ini tidak dimaksimalkan oleh Pos Indonesia. Pos Indonesia seharusnya berani untuk mentransformasi bisnisnya, mulai membuka mata bahwa kemajuan teknologi bisa membuat bisnisnya mati pelan-pelan, itu kalau tidak ada usaha untuk mengikuti kemajuan itu sendiri. Harus ada usaha untuk memperlebar lingkup bisnisnya, dari yang hanya spesialis pengiriman: surat, uang dan barang menjadi sebuah perusahaan pengiriman yang mengikuti perkembangan jaman/teknologi.
Jika itu tidak dilakukan, saya khawatir suatu hari nanti anak cucu kita tidak akan pernah mengenal kantor Pos. Sangat disayangkan...Pos Indonesia, riwayatmu kini.....:-)
@Cipinang, 171205 – 234816
0 Comments:
Post a Comment
<< Home