Trip to Banjarmasin (part 2)

Aha, ternyata nama Bandara di Banjarmasin adalah Samsyudin Noor. Dan kemaren pas mendarat ada sedikit kejadian yang membuat gw rada sebel. Ternyata kemaren di kursi bisnis ada Gusdur, istri, anaknya (Yeni – yg sekarang jadi Sekjen PKB), dan orang-orang DPP PKB. Pas mau turun, kita kejebak macet lumayan lama (Gila nggak, dipesawat ajh masih kena macet, ke..ke...) karena harus nungguin Gus Dur turun. Sorry, karena Gusdur dan istri kesehatannya kurang bagus, maka pas mereka turun harus dibantu pakai kursi roda. Trus, bukannya kita dibiarin turun dl, ternyata malah kita diminta nugguin mereka. Udah turunnya lama, ternyata dibawah pake acara penyambutan oleh pengurus DPW PKB Kalsel– kalung bunga – cium-cium tangan Gus Dur J Selidik punya selidik dari supir Taxi dan berbagai spanduk di jalanan, ternyata hari minggu kemaren ada acara launching “Gus Dur for President” sekalian perayaan ulang tahun PKB. Oh ya, kejadian ini adalah kejadian kedua gw satu pesawat bareng Gus Dur – dan selalu sama, kita harus nungguin penumpang bisnis turun duluan.. yah, namanya juga kelas economy, hik..hik....

Proses pemilihan hotel juga lumayan lancar, karena gw beli di bandara. Sama sekali nggak punya informasi ttg hotel disini, tapi sempet browsing di internet ttg hotel2 disini. Akhirnya pilihan jatuh ke ”Swiss Belhotel Borneo” dengan tag line ”The First International in Banjarmasin”. Hotelnya lumayan OK lah untuk ukuran bintang 3 (oh yah, FYI di Banjarmasin belum ada 5 star hotel – yang ada baru sampai bintang empat – itupun katanya baru ada 1 doang). Satu yang kurang dari hotel ini adalah nggak adanya free wifi – karena kalau mau access intternet harus bayar voucer pre-paid dari IM2. Lumayan mahal, untuk 2 jam harganya 75 rb.. gw pikir, sayang juga ah. Buat ngebunuh sepi, gw main-main FM ajah lah..gratis, ke..ke...

Kemaren sore sempet ke rumah beberapa responden untuk witness project. Ada hal yang menarik, yaitu rumah-rumah respondennya berada diatas air. Gila, dah kayak naik perahu ajah. Mereka bilang karena tanah disana rata-rata lumpur/rawa, jadi mereka bangun rumahnya pakai kayu (kayu galam CMIIW, yang katanya kalau makin kerendam air, itu akan makin kuat – nggak seperti kayu lain yang makin sering kena air akan makin keropos).

Witness project lancar, interviewernya dah OK. Selanjutnya gw mulai memenuhi ‘ambisi dan misi’ pribadi gw yaitu hunting buku ke Gramedia. Gw emang selalu berusaha mampir ke setiap toko buku (Gramedia, GA, Book Store) kalau lagi pergi keluar kota. Karena lumayan sering nemu buku-buku yang baru yang nggak kita temui di Jakarta. Gw pergi ke Duta Mall – katanya Gramedia ada dsini dan ini juga mall yang paling ramai. Ternyata emang lumayan ramai juga, mall-nya juga lumayan berkelas lah – kalau di Depok setara Margo City – banyak outlet2 dari barang branded seperti Giordano, Levis, Zara, etc.

Ada kejadian lucu ketika gw nemuin toko roti dengan konspep yang 100% sama dengan Beadtalk, tapi namanya ’Bread Life’. Karena penasaran, maka tergiurlah gw untuk mencoba membeli, sekalin buat bahan cemilan di hotel. Bener, kue2nya juga mirip banget dengan Breadtalk, dan pas gw tanya ke petugasnya, ’Apa ini saudaranya dari BreadTalk’ mereka yang binggung gitu. Dan pas ada managernya (bajunya lain – lebih bagus J), si manajernya dengan yakin menjawab, ”Oh.. kita nggak ada hubungan Pak degan BreadTalk”. Oh..OK... silakan deh anda nilai, seberapa mirip outlet ini dengan BreadTalk...

Satu lagi, dideket hotel ada restoran Jepang ’kembarannya” Hoka2 Bento dengan nama ”Hoki-Hoki Bento” Gila nggak man... mirip banget dengan Hokben. Latarnya warna koning dengan 2 tokoh boneka Jepang yang mirip dengan tokoh Hokben... Sayangnya kemaren pas mau ambil gambar, nggak enak.. karena dibawah plang nama toko banyak tukang ojek mangkal.. ntar disangka mau ngapain lagi :p

Kesimpulan sementara..disini banyak toko bajakan yah? :p

OK... gw mau siap2 dulu buat witness lagi, kali dengan client. See U.

Cheers,
Nugros!